Selasa, 15 Desember 2015

Hai.

Hai malam ini aga sendu
Boleh kah kamu menyediakan telinga mu untuk mendengarkan ku?
Hai malam ini aga dingin
Boleh kah kamu membuka tanganmu untuk tempat ku berkeluh?
Aku kini sampai
Sampai pada akhirnya aku sadar
Aku tak tau apa dan bagaimana perasaanku
Yang jelas semua aku rasakan
Absurd
Iya semuanya bercampur
Untuk apa ada waktu? Kalau bahagia dan sedih selalu datang tak tepat waktu?
Sudahlah tulisan ku ini mulai ngaco
Asal tidak sengaco hati ku
Hai
Maukah kamu menemani ku?
Aku janji malam ini saja, besok tidak lagi
Hai
Kamu tau tidak apa yang harus aku lakukan?
Hai
Iya masih hai
Apa kamu bisa jadi aku?
Hai
Aku tidak rindu padamu
Hai
Bolehkan aku amnesia sebentar, hanya kenangan mu lah yang akan aku lupa
Hai
Kamu sudah bahagia ya tanpa aku? Iya tanpa gangguan aku
Hai
Apa perempuan mu memperlakukan mu sebaik aku memperlakukan lelakiku iya kamu, siapa lagi
Hai
Apa perempuan mu berjuang sebaik aku perjuangkan lelaliku? Iya kamu siapa lagi
Hai
Aku hampir lupa kalau sekarang aku sudah sampai, tadi...
Bukan aku sungguhan, itu entah siapa aku
Hai..
Salam rindu ku untuk sosok kita yang dahulu :):(

Minggu, 06 Desember 2015

Hujan.


"Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggamanmu, Dia tak menghukummu, namun hanya membuka tanganmu tuk menerima yg lebih baik." 

Rajutan kata kata itu menari nari bak ingin menunjukan kebahagiaannya bahwa kutipan dari sebuah film berjudul 5cm itu benar adanya.

Kala itu hujan, dingin memang namun ternyata otak ku tak cukup dingin bahkan beku untuk tidak bisa berfikir apa apa, nyatanya hal itu masih kufikirkan.

Seseorang yang tuhan ambil dari genggamanku ternyata itu memang benar bukan sebagai hukuman, sedikit demi sedikit aku mulai memahami semua hal yang tuhan tunjukan, cara tuhan memang luar biasa,  sampai aku tak sadar kalau ternyata tuhan memberiku jalan untuk merelakan yang tuhan ambil demi membuka jalan untuk menerima yang baik.

Hujan juga mengajariku, tetesan tetesan air yang jatuh ku ibaratkan air mataku. Hujan tidak pernah lelah untuk meneteskan airnya, karna ia tau akan ada hikmahnya setelah ia meneteskan entah itu sebuah pelangi setelah hujan, atau kemakmuran yang dirasakan makhluk bumi.

Begitupun air mata ku, tetesan air mataku pernah lelah bahkan hampir hilang rasa, namun menangis lagi, huh aku hampir bosan. Tapi tetesan air mataku saat aku bercerita pada tuhan lah yang akan mengantarkan ku menjemput kebaikan ku.

Kini, semuanya jelas, nyata tanpa ada hal yang aku ragukan.

"jodoh adalah ceriminan diri kita"

Kalian yang belum percaya itu, harus percaya tuhan menunjukan ku itu. Aku baru tau, dan di tunjukan kembali, kenapa dia sang pemeran utama di ambil dari genggamanku, kenapa masih terasa sulit untuk melepaskannya, kenapa masih terasa sulit untuk melupakannya, jalani prosesnya, berdoalah dan akhirnya satu hal yang baru aku dapatkan, ternyata tuhan tidak mengizinkan ku untuk terus menggenggam peran utama itu, ia menyadarkan ku dengan di datangkannya idaman lain si pemeran utama, dari nya aku baru tahu,

"iyaaa. Tepat, kamu lah cerminan pemeran utama ku, pemeran utama ku seperti melihat dirinya di dalam dirimu, dia tidak menemukan dirinya di dalam diriku"

Gelap, seketika keadaan ruangan dimana aku merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat menjadi gelap akibat matinya listrik, haduh aku fikir ini pertanda lagi, tidak aku bercanda.

Lalu, aku pun yakin bahwa jodoh adalah cerminan kita, dan jika dulu kita dipertemukan dengan orang yang tidak baik (versi kita) artinya kita pun belum baik, dan adanya kejadian tersebut membuat ku berfikir
 "aku tidak mau sisa hidupku sia sia hanya dengan dijalani dengan orang yang tidak baik lagi, makanya aku harus membuat diriku lebih baik" 
dan pada saat ku jalani proses menjadi lebih baik, tuhan pun sedang memperbaiki "peran utamaku" yang lain. Dan jika masa lalu mu bertemu dengan orang lain, sadarlah kamu pun akan bertemu dengan masa depan mu yang memiliki kualitas sama dengan mu.

"jika kamu lelah disakiti, jika kamu lelah menghabiskan waktu dengan orang yang menurut mu tidak baik, lepaskan lah, berubahlah jadi lebih baik dan jemputlah peran utamamu yang lebih baik dengan sikapmu yang lebih baik."

Rabu, 02 Desember 2015

Malam itu.

Berawal dari obrolan dengan temanku di grup sebuah aplikasi chating malam itu aku merasa sangat beruntung . Ya bagaimana tidak, sepanjang aku berusaha menghindari masa lalu ku aku benar benar merasa bahagia seutuhnya, menyadari bahwa aku memiliki hidup yang bahagia, teman teman teman ku misalnya.
Malam itu salah satu teman ku meminta pendapat kami, kebetulan akulah yang memang berkegiatan selalu dengan smartphone ku (maklum aku masih mencari jodoh karir ku), langsung saja aku utarakan pendapat ku, tersentak teman teman ku tidak menyangka, yang paling menggelitik ku ialah komentar "gilakkk yang belum punya pasangan aja bisa sebijak ini" --iya aku sendiri, belum berpasangan, kemarin? Gagal lagi :'( -- Sial mereka baru sadar kalau temannya ini sudah beranjak dewasa, jelas lah, dulu kami masih sekolah menengah atas dan setelah itu tak banyak yang kami ceritakan yang mengundang pendapat.
Dari jawaban panjang ku bak sinopsis sebuah novel, teman temanku memintaku menulis dan aku bilang "gue kan emang script writer, visit aja blog tp udah ga pernah nulis" kata kata ku sendiri yang membuat aku tergelitik geli, mengaku seorang penulis namun sudah lama membuat blognya di isi sarang laba laba.
Malam itu, muncul lah sebuah link berisikan blogger terkenal falen pratama. Dengan rasa penasaran segeralah aku membuka tab baru. "sial" ucapku saat mencoba scroll down di bait cerita paling bawah dimana itu ternyata adalah cerita tentang masa lalu (entah kenapa aku selalu penasaran akhir sebuah cerita).
Masa lalu. Boleh aku sedikit cerita tentang masa lalu dan malam?
Iya malam, malam itu titik dimana aku seperti di tampar keras sampai sadar oleh kata kata menyakitkan yang terlontar dari seseorang yang sampai saat ini berkeliling di pikiran ku. Masa lalu, bait demi bait aku baca di cerita itu, fikir ku "ini sih masa lalu banget, ini sih gue banget" saat menemukan sebait kata tulisan falen pratama
---
Memaafkan diri sendiri, tiga kata itu seketika berputar kencang di kepalaku. Hal yang jarang disadari dan dilakukan. Aku baru sadar, kita lebih sering menyalahkan diri sendiri dan meratapi kesalahan di masa lalu. Kita mengeluh sulit melepas dan beranjak dari masa lalu. Bertanya-tanya apa penyebabnya dan cara apa yang bisa dilakukan demi mempercepat proses itu. Kini aku mendapatkan tambahan jawabannya dari An.
Ikhlas dan belajar memaafkan diri sendiri.
--
Ku ulangi lagi, "kita mengeluh sulit melepas dan beranjak dari masa lau. Bertanya tanya penyebab dan cara apa yang bisa dilakukan demi mempercepat proses itu", ya selama ini hampir 3 bulan aku selalu di hantui pembahasan melupakan, apa yang aku cari, dan bagaimana seharusnya.
Malam itu terjadi adu mulut hebat dengan si pemeran utama, sampai ia mengeluarkan kalimat yang benar benar menyakitkan, seperti di tampar untuk bangun dari pingsan. Ku bulatkan tekad ku saat itu juga, aku hapus segalanya yang berhubungan dengan pemeran utama ini.
Sebelumnya aku banyak mencari tau hal hal yang membuatku sulit melepaskan dan hal hal yang seharusnya aku lakukan, mencari tau dari mulai bertanya kepada sosok manusia secara real sampai kepada bertanya pada beberapa aplikasi yang disediakan smartphone untuk melakukan curhat. Jawabannya banyak yang serius sampai konyol.
Malam itu, akhirnya aku temukan dan merangkumnya di otak untuk di sampaikan kepada alam bawah sadar yang selanjutnya di terapkan.
Ternyata...
Move on ini harus di jalani dengan cara melemaskan bukan melawan.
Move on ini harus realistis dengan logika, bukan perasaan.
Move on ini harusnya diikuti prosesnya, bukan di lawan prosesnya.
Move on akan bertemu dengan waktu yang tepat untuk berpindah.
Move on itu hanya masalah waktu.
Move on itu bukan hanya berubah perasaan namun ini tentang berubahnya kebiasaan atau yang sering aku sebut transformasi kebiasaan.
Move on itu mengiklaskan kenangan yang telah di buat, bukan melupakan.
Move on itu tentang iklas memaafkan diri sendiri.
Iya petuah petuah itulah yang akhirnya membawa ku ke titik dimana "lelah",  selain petuah tersebut, ternyata memang di dukung dengan moment yang baik. Iya yang tadi aku bilang pemeran utama ini melontarkan kata kata jahatnya yang tanpa sadar menamparku dari pingsan yang panjang.
Akhirnya, ku bulatkan tekad ku untuk mengiklaskan sang pemeran utama. Dan ku berhentikan menyalahkan diri sendiri yang telah bermain dengan peran utama selama ini, kini aku belum mencapai puncak dimana aku benar benar mengiklaskan, tapi setidaknya telah ku coba, dan ku rasakan bahagianya sedikit demi sedikit.
Dan malam itu, ku iklaskan masa laluku demi masa depan ku...