Rabu, 02 Desember 2015

Malam itu.

Berawal dari obrolan dengan temanku di grup sebuah aplikasi chating malam itu aku merasa sangat beruntung . Ya bagaimana tidak, sepanjang aku berusaha menghindari masa lalu ku aku benar benar merasa bahagia seutuhnya, menyadari bahwa aku memiliki hidup yang bahagia, teman teman teman ku misalnya.
Malam itu salah satu teman ku meminta pendapat kami, kebetulan akulah yang memang berkegiatan selalu dengan smartphone ku (maklum aku masih mencari jodoh karir ku), langsung saja aku utarakan pendapat ku, tersentak teman teman ku tidak menyangka, yang paling menggelitik ku ialah komentar "gilakkk yang belum punya pasangan aja bisa sebijak ini" --iya aku sendiri, belum berpasangan, kemarin? Gagal lagi :'( -- Sial mereka baru sadar kalau temannya ini sudah beranjak dewasa, jelas lah, dulu kami masih sekolah menengah atas dan setelah itu tak banyak yang kami ceritakan yang mengundang pendapat.
Dari jawaban panjang ku bak sinopsis sebuah novel, teman temanku memintaku menulis dan aku bilang "gue kan emang script writer, visit aja blog tp udah ga pernah nulis" kata kata ku sendiri yang membuat aku tergelitik geli, mengaku seorang penulis namun sudah lama membuat blognya di isi sarang laba laba.
Malam itu, muncul lah sebuah link berisikan blogger terkenal falen pratama. Dengan rasa penasaran segeralah aku membuka tab baru. "sial" ucapku saat mencoba scroll down di bait cerita paling bawah dimana itu ternyata adalah cerita tentang masa lalu (entah kenapa aku selalu penasaran akhir sebuah cerita).
Masa lalu. Boleh aku sedikit cerita tentang masa lalu dan malam?
Iya malam, malam itu titik dimana aku seperti di tampar keras sampai sadar oleh kata kata menyakitkan yang terlontar dari seseorang yang sampai saat ini berkeliling di pikiran ku. Masa lalu, bait demi bait aku baca di cerita itu, fikir ku "ini sih masa lalu banget, ini sih gue banget" saat menemukan sebait kata tulisan falen pratama
---
Memaafkan diri sendiri, tiga kata itu seketika berputar kencang di kepalaku. Hal yang jarang disadari dan dilakukan. Aku baru sadar, kita lebih sering menyalahkan diri sendiri dan meratapi kesalahan di masa lalu. Kita mengeluh sulit melepas dan beranjak dari masa lalu. Bertanya-tanya apa penyebabnya dan cara apa yang bisa dilakukan demi mempercepat proses itu. Kini aku mendapatkan tambahan jawabannya dari An.
Ikhlas dan belajar memaafkan diri sendiri.
--
Ku ulangi lagi, "kita mengeluh sulit melepas dan beranjak dari masa lau. Bertanya tanya penyebab dan cara apa yang bisa dilakukan demi mempercepat proses itu", ya selama ini hampir 3 bulan aku selalu di hantui pembahasan melupakan, apa yang aku cari, dan bagaimana seharusnya.
Malam itu terjadi adu mulut hebat dengan si pemeran utama, sampai ia mengeluarkan kalimat yang benar benar menyakitkan, seperti di tampar untuk bangun dari pingsan. Ku bulatkan tekad ku saat itu juga, aku hapus segalanya yang berhubungan dengan pemeran utama ini.
Sebelumnya aku banyak mencari tau hal hal yang membuatku sulit melepaskan dan hal hal yang seharusnya aku lakukan, mencari tau dari mulai bertanya kepada sosok manusia secara real sampai kepada bertanya pada beberapa aplikasi yang disediakan smartphone untuk melakukan curhat. Jawabannya banyak yang serius sampai konyol.
Malam itu, akhirnya aku temukan dan merangkumnya di otak untuk di sampaikan kepada alam bawah sadar yang selanjutnya di terapkan.
Ternyata...
Move on ini harus di jalani dengan cara melemaskan bukan melawan.
Move on ini harus realistis dengan logika, bukan perasaan.
Move on ini harusnya diikuti prosesnya, bukan di lawan prosesnya.
Move on akan bertemu dengan waktu yang tepat untuk berpindah.
Move on itu hanya masalah waktu.
Move on itu bukan hanya berubah perasaan namun ini tentang berubahnya kebiasaan atau yang sering aku sebut transformasi kebiasaan.
Move on itu mengiklaskan kenangan yang telah di buat, bukan melupakan.
Move on itu tentang iklas memaafkan diri sendiri.
Iya petuah petuah itulah yang akhirnya membawa ku ke titik dimana "lelah",  selain petuah tersebut, ternyata memang di dukung dengan moment yang baik. Iya yang tadi aku bilang pemeran utama ini melontarkan kata kata jahatnya yang tanpa sadar menamparku dari pingsan yang panjang.
Akhirnya, ku bulatkan tekad ku untuk mengiklaskan sang pemeran utama. Dan ku berhentikan menyalahkan diri sendiri yang telah bermain dengan peran utama selama ini, kini aku belum mencapai puncak dimana aku benar benar mengiklaskan, tapi setidaknya telah ku coba, dan ku rasakan bahagianya sedikit demi sedikit.
Dan malam itu, ku iklaskan masa laluku demi masa depan ku...

2 komentar:

  1. Mengihklaskan adalah salah satu wujud syukur kita kpd sang Pencipta. Serahkan semua perasaan kita trhdp-Nya. Yakin bahwa masa lalu adalah sebuah pembelajaran utk membentuk masa depan yg lbh baik. Kalau bisa melupakan, yaa lupakan. Tapi jgn pernah membenci masa lalu. Berserah, berdoa kpd-Nya, minta yg terbaik utk kita di masa depan. Amin

    BalasHapus
  2. Tidak, tidak ada satupun masalalu yang ku benci. Aku bisa sekuat ini, karna adanya masalalu. Aku hanya benci perubahan, bukan masa lalu. Masa lalu ku bahagia, masa sekarang karena perubahan yang ku benci.

    BalasHapus